Minggu, 20 Desember 2009

100 Hari Kerja Pemerintahan SBY dan Pemberantasan Korupsi

Salah satu prioritas program kerja 100 hari dari kabinet Indonesia Bersatu jilid II adalah pemberantasan korupsi. Program itu kini hampir usai, namun belum ada tanda-tanda signifikan yang bisa mengubah wajah negri ini dari label negara terkorup di dunia. Lihat saja penanganan kasus skandal Bank Century semakin hari semakin tidak jelas juntrungannya ke mana. Tidak heran bila masyarakat mulai bertanya keseriusan pemerintah memberantas korupsi dan mengapa pemerintah tak punya taring untuk memberantas korupsi?

Sedikitnya ada dua penyebab ketidakmampuan (impotensi) pemerintah memberantas korupsi. Pertama, korupsi sangat lekat dengan kekuasaan, kewenangan dan pemilikan senjata, dimana kesemuanya dimiliki oleh pemerintah beserta jajaran perangkat hukumnya seperti kejaksaan, kepolisian, kehakiman dan sejumlah lembaga pengawasan. Artinya, pihak yang paling potensial melakukan korupsi adalah pemerintah. Pada saat perilaku korup sudah menjadi budaya pemerintahan, maka setiap usaha pemberantasan korupsi sama halnya dengan mission imposible.

Kedua, pemberantasan korupsi sulit dilakukan karena perilaku korup pada dasarnya merupakan struktur yang terdapat dalam rasio pelaku sebagai hasil sedimentasi dari perulangan praktik korupsi yang berjalan dari waktu ke waktu. Praktik korupsi yang bisa dilakukan berulang-ulang oleh pelaku ini, memiliki implikasi pada terbaliknya cara pikir. Nikmat pribadi karena pemilikan materi yang berlimpah, disertai dengan miskinnya kesadaran moral, akhirnya menyeret pelaku pada keyakinan bahwa melakukan korupsi lebih rasional dibanding menghindarinya. Semakin banyak pengalaman korupsi, semakin wajar dan rasional pula perilaku tersebut di mata pelakunya.

Penilaian masyarakat yang telah terkena dampak kapitalisme dan materialisme, yang meletakan standar kesuksesan seseorang dari harta kekayaan yang dimiliki, menambah kuat rasionalitas korupsi ini. Standar ini memicu semangat pelaku untuk memiliki materi yang sebanyak-banyaknya dengan cara apapun, bahkan dengan cara melanggar aturan dan hukum. Kita dapat mengatakan bahwa keserakahan terhadap materi ini juga diakibatkan oleh implikasi dari budaya kapitalisme yang sangat mengagungkan harta milik. Sejumlah pengamat menilai bahwa biang keladi korupsi adalah kapitalisme serta sekutu sejarahnya, yaitu, kolonialisme (Klitgaard, 1998:85). Meskipun kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan kapitalisme, namun hampir tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya fenomena kerakusan akan harta di masyarakat modern, yang sebagian diantaranya mengakibatkan tindakan korupsi, sebagian disumbang oleh budaya kapitalisme.

Lalu apa yang perlu kita lakukan? Perubahan yang harus dilakukan adalah dengan mengubah struktur yang ada dalam rasionalitas pelaku dengan cara menanamkan pengertian bahwa tindakan korupsi itu melanggar hukum dan moralitas. Pelaku korupsi harus disadarkan bahwa perilakunya tidak rasional karena resiko yang begitu berat yang akan dihadapinya, yaitu, bukan hanya penjara tetapi juga pelanggengan pemiskinan masyarakat. Namun keberhasilan upaya penyadaran ini sangat ditentukan oleh keseriusan para penegak hukum mempraktikkan Law Enforcement. Perubahan ini paling mungkin dilakukan oleh masyarakat, yaitu, dengan meningkatkan sikap kritis mereka terhadap tindakan korupsi. Sikap kritis ini harus dijaga keberlangsungannya dengan cara membentuk sebanyak mungkin simpul-simpul di masyarakat yang bisa mengawasi setiap praktik pemerintahan. Kehadiran Indonesian Corruption Watch (ICW) dan KPK tentu merupakan darah segar bagi usaha memerangi korupsi. Namun tidak cukup dengan dua institusi tersebut, diperlukan simpul-simpul lain di masyarakat yang bersedia berperang melawan koruptor.

Minggu, 08 November 2009

THE WORD WE SPEAK

I think that everybody agree with this phrase “ACTION SPEAKS LOUDER THAN WORD”. The phrase is so active in people who like to show their capacity through their action. In my part, I can say that I’m not really verbal. I seldom express my capacities through words. I sometimes even find talking with people, a boring business. Words for me have earned some negative impact. A lot of times, I’ve seen lots of people contradicting each other just because of bad words. Words almost all the time are bad; they are a source of conflict; people use words to curse, humiliate and fool others; words are just noise. Actions on the other hand is silent, effective more concrete and more appreciated. Praise God! I’m so active; I can easily adapt; I am not sickly. I must celebrate for not being so expressive in words! But I sense I have missed a very important message why God create sounds and words.
Since I have been joined with TALENTA SCHOOL as a teacher, I find myself confronting and dealing with the real capacity of words. The students here are so active and fully alive. Action is almost a history for these students. They talk, study, play, long… very long. These students have found the gift that words can offers. The capacity of words to express their need in very soothing manner; the capacity of words to bring laughter; the capacity to bring back life once energetic and strong body thru their stories; the capacity to make one’s life a mirror for others; it is by these capacities that word is just a useless and hostile noise. It is also by these capacities why word became an instrument of affection, clarity, hope, love and many more.
In my little experience of life, I have almost lost faith in words, words that punished me a lot. People said bad word to me; I seldom heard good ones. I said bad words to people; I seldom spoke good ones. I’ve heard much of what I don’t like to hear; I’ve not spoken what I wanted to speak. I’ve been struggling for words; words to say and hear. Words have been a symbol of my weakness. But now these TALENTA STUDENTS have become symbols and signs of faith in words. The word that hurts, is the same word that heals. The words that offers hatred is the word that gives love. Now, I understand that word is powerful as action.

I remember what a student grade 8 told me. He said, “When you’re talking in front of the class, I feel I have no more fear to express myself in words.” Then I realized that the essence of being a teacher is to actualize the word into action. Action to say myself with words and do what I say, so that my word not trap by slogan “ NATO” (No Action, Talk Only). Indeed nobody wants to be in one of that big trap and Sydne J. Harris, a great motivator, always remind us that “No one should pay attention to a man delivering a lecture or a sermon on his ‘philosophy of life’ until we know exactly how he treats his wife, his children, his neighbors, his friends, his subordinates and his enemies.” What is in that sound that can give so much hope? A sound that is articulated by the tongue, comes out of the mouth, fills the air and fades away. Fades away . . . and absorbed by the heart.

Selasa, 18 Agustus 2009

SELAMAT DATANG REJIM 20:8

Rejim 20 : 80

Kalau kita mengikuti perkembangan berita di TV, internet maupun surat khabar lokal dan nasional tentang proses pemilu (pileg dan pilpres 2009) kemarin, sangat jelas bagi kita bagaimana para elite kekuasaan di negri ini punya ambisi untuk menciptakan Indonesia sebagai negara bangsa yang menganut “demokrasi poliarki”. Salah satu contoh konkrit dari ambisi tersebut adalah bagaimana para elite sudah mulai melobi sana-sini jatah kursi kekuasaan. Lalu apa dan bagaimana konsekuensi logis dari praktik demokrasi poliarki bagi rakyat Indonesia?

Demokrasi poliarki sebagaimana yang sedang ramai didiskusikan dalam media jejaring sosial facebook dan malist group bahwa pemahaman tersebut selalu merujuk pada pandangan William Robinson. Menurutnya demokrasi poliarki merupakan sebuah sistem yang dikendalikan oleh sekelompok kecil elit saja dan rakyat hanya memilih elit-elit yang sedang berkompetisi. Yang ikut berkompetisi adalah calon-calon yang disodorkan oleh elit, sedang nuansa rakyat melahirkan pemimpinnya sendiri sangat jauh panggang dari api. Paling tidak itulah yang terjadi pada pemilu Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga sekarang. Dalam konteks geopolitik global praktik demokrasi poliarki ini yang paling kentara terjadi ketika Mikhael Gorbachev dan para tokoh politik serta pebisnis ulung dunia pada akhir September, 1995 berkumpul mengadakan pertemuan di Hotel Fairmont San Fransisco AS. Isu yang diangkat dalam pertemuan itu tentang “akan seperti apakah masa depan masyarakat manusia di planet bumi ini.” Setelah beberapa hari peserta berdiskusi berbagai persoalan manusia dari beragam sudut pandang, akhirnya mereka merapat pada suatu imajinasi kolektif yakni imajinasi masyarakat 20:80. Imajinasi masyarakat 20:80 adalah di masa depan masyarakat dunia akan terbagi menjadi dua, yaitu 20 % warga dunia akan aktif menyangga dunia sebagai produsen, sedangkan sisanya yang 80 % akan sebagai konsumen.

Mengingat yang hadir dalam pertemuan itu adalah tokoh-tokoh politik dan pelaku-pelaku bisnis raksasa, maka imajinasi masyarakat 20:80 itu harus dipandang sebagai hal yang tidak main-main. Mereka pasti punya alasan kuat sampai pada kesimpulan tersebut, bahkan jikalau alasan itu adalah alasan-alasan yang membenarkan mengalirnya keuntungan atau kesejahteraan dunia ke kantong-kantong pribadi mereka yang jumlahnya hanya 20 persen itu. Mungkin saja itu bukan hal imajinasi lagi, tetapi lebih merupakan skenario yang sedang dan akan terus mereka jalankan.
Tidak hanya di lapangan ekonomi saja lapis kecil, 20 % mengendalikan sumber daya ekonomi yang jauh lebih banyak, tetapi ini juga harus didukung oleh bangunan politik yang senada, dan bangunan politik itu adalah demokrasi poliarki.

Ketika reformasi adalah juga bermakna sebagai Politik Pintu Terbuka fase 3 (fase 1 tahun 1870-an, fase ke 2 mulai tahun 1966, awal Orde Baru), maka itu berarti bahwa ketika selama Orde Baru pintu baru dibuka setengahnya bagi masuk-keluarnya modal asing, maka saat reformasi pintu itu menjadi terbuka penuh. Imajinasi masyarakat 20 : 80 mendapatkan momentum untuk realisasinya di bumi Indonesia. Cita-cita konsentrasi kekayaan, kesejahteraan pada lapis 20 % ini dengan turunnya rejim Soeharto seakan mendapatkan momentumnya untuk menjadikan Indonesia sebagai ladang perburuan yang semakin terbuka.

Maka ketika wujud politik sudah terbangun sesuai dengan kepentingan masyarakat 20 : 80, dan bangunan demokrasi yang ada sudah dirasa kompatibel dengan kepentingan masyarakat 20:80, itulah saat ketika rejim 20:80 ini memasuki fase stabilisasi. Pasca pemilihan presiden 2009 ini harus juga kita maknai sebagai fase stabilisasi rejim 20:80. Mengapa demikian? Output akhir dari desain politik demokrasi poliarki adalah kekuasaan tetap di tangan elit, yang dalam hal ini adalah elit yang siap sedia bekerja sama dengan kepentingan- kepentingan global, terlebih dengan Amerika dan sekutu-sekutunya, perusahaan-perusahaan transnasional, dan big businessman. Bekerja sama di sini harus dipandang sebagai ada pihak yang melayani dan yang dilayani, bukan dalam arti kerjasama yang setara sebagai sama-sama bangsa merdeka. Artinya adalah peta geopolitik internasional itu tetap tidak berubah. Melawan ini tentu saja penuh tantangan. Dan ini memang harus dilawan karena akankah kita diam diri ketika berlangsung proses terkonsentrasinya kesejahteraan hanya di lapis segelintir orang saja? Bukankah itu menyimpang dari semangat diproklamasikan NKRI ini seperti yang ditulis dalam Pembukaan UUD 1945?

WWW.pkbangsaan.com

Jumat, 12 Juni 2009

Pemilih Cerdas Memilih Pemimpin Berkualitas

Beberapa pekan lalu (09/06/2009) JK - Wiranto mengunjungi wakil petinggi Gereja Katolik di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) - Jakarta. Sehari sebelumnya kandidat capres dan cawapres yang sama juga mengunjungi para petinggi Gereja Kristen di Gedung Persatuan Gereja Indonesia (PGI). Agenda yang dibicarakan berkaitan dengan pilpres 2009, dimana harus ada dialog kepentingan antara para elite politik dan kepentingan pemuka agama. Dari sisi pemuka agama kepentingan yang diajukan kepada para elite politik adalah kalau nanti terpilih menjadi pemimpin RI, perlindungi terhadap hak-hak para konstituen minoritas, seperti kebebasan beragama termasuk mendirikan tempat ibadah mutlak difasilitasi. Demikianpun hak-hak lainnya sebagaimana yang diatur oleh UUD 1945. Sementara dari sang elite politik, kepentingan yang mau didapatkan dari para konstituen minoritas adalah dukungan suara untuk memenangkan pilpres 2009.

Dalam studi ilmu politik terutama dari sudut pendekatan ”elite politik” pertemuan yang intens antara konstituen dengan para elite politik seperti yang dilakukan oleh JK - Wiranto dan para kandidat capres dan cawapres lainnya menjelang pemilu ibaratnya para pengusaha dan penjual yang menjajakan barang dagangan mereka berupa agenda dan program politik yang kemudian ditawarkan dalam sebuah pasar terbuka bernama pemilihan umum. Anggota masyarakat lain hanya berperanan memilih dan membeli dagangan yang ditawarkan. Apa yang ditawarkan sangat tergantung dari kesungguhan, kecerdasan dan daya tarik sang kandidat yang melakukan tugas para entrepreneur dalam bidang politik.

Kedekatan seseorang dengan keputusan politik dan kekuasaan politik dapat dibandingkan dengan kedekatan seorang nasabah terhadap bank untuk mendapatkan kredit. Dalam kedua keadaan tersebut yang diperlukan adalah kesanggupan untuk mendapatkan akses dan kemampuan menciptakan kepercayaan. Demikian pun persaingan antara elite politik berlaku menurut kompetitif, yang didasarkan pada kreativitas, tanggungjawab serta kemahiran memberikan respon cepat. Mampukah JK – Wiranto beserta para kandidat lainnya menjaga kepercayaan dari konstituen minoritas dengan merealisasikan berbagai persoalan bersama, yakni masalah penegakan hukum yang adil, perlindungan hak-hak minoritas seperti kebebasan beribadah termasuk kebebasan untuk mendirikan tempat ibadah, pemberhentian perda-perda yang kontras dengan UUD 1945, keadilan di bidang ekonomi, dan akses pendidikan yang merata kepada semua rakyat, dlsbnya. Belum bisa dibuktikan.

Iklan dari KPU ”Pemilih Cerdas memilih Pemimpin yang Berkualitas” tidak lain mengundang kita untuk memilih pemimpin yang mampu melindungi hak-hak semua warganegaranya termasuk hak kaum minoritas. Dengan kata lain sebagai konsumen politik yang cerdas perlu memilih pemimpin politik yang punya tingkat toleransi terhadap berbagai pendapat yang berbeda (seperti halnya tingkat toleransi terhadap berbagai produk yang dijajakan di pasar), kemampuan untuk mengambil beberapa keputusan politik setelah meninjau semua pendapat yang ada (seperti keputusan untuk membeli beberapa produk setelah melihat segala sesuatu yang ditawarkan), dan suatu budaya politik yang didasarkan pada pengendalian diri (yang dapat dibandingkan dengan sikap hemat dan sikap asketis seorang kapitalis sejati).

Syarat-syarat tersebut dibutuhkan karena para elite politik bertugas untuk menerjemahkan pluralisme sosial menjadi persaingan untuk memperebutkan posisi dan pengaruh, yang berlangsung secara tajam melalui kompetisi dan tawar-menawar (bargaining), tetapi tanpa menggunakan kekerasan (seperti halnya orang tidak dapat dipaksa untuk membeli atau menjual sesuatu dalam pasar). Dan semoga kita mampu menjadi konsumen politik yang cerdas untuk memilih pemimpin yang berkualitas.

Senin, 11 Mei 2009

Pilpres RI 2009: Siapa Yang Layak Dipilih?

Melihat nama-nama capres dan cawapres yang masuk ke dalam bursa pemilu 2009, alam bawah sadar kita langsung tergerak untuk menimang-nimang ”harus memilih siapa.” Pertanyaan itu kalau ditelisik lebih jauh di satu sisi merupakan ekspresi dari harapan masyarakat akan sebuah perubahan tatanan kehidupan sosial yang lebih baik, dimana para elite/pemimpin sebelumnya atau yang masih menjabat (incumbent) kurang mampu menangani isu-isu sosial yang dihadapi masyarakat Indonesia, seperti masalah kemiskinan, buta huruf, korupsi, ketidakadilan, dan penyediaan infrastruktur yang tidak merata. Sementara di sisi lain, pertanyaan ’harus memilih siapa’ hendak mengarahkan kita untuk menyeleksi kepatutan dan kelayakan seorang pemimpin berdasarkan kebutuhan dan keinginan nyata masyarakat sekarang ini. Kebutuhan riil itu tidak lain dari bagaimana upaya seorang pemimpin dan seluruh masyarakat mengatasi persoalan-persoalan sosial yang telah disebutkan di atas. Kalau para elite politik berani mengadakan kontrak sosial dengan para konstituennya dan punya komitment kuat untuk melakukan apa yang telah menjadi janjinya, maka masyarakat tidak segan-segan memilihnya sebagai pemimpin.

Tanggungjawab untuk memajukan kehidupan bersama adalah usaha dan partisipasi aktif semua orang. Sebagai salah satu bentuk tanggungjawab nyata kita itu adalah perlu memiliki kriteria dan pengatahuan kolektif tentang karakter, kepribadian dan kemampuan dari sang calon capres dan cawapres 2009 ini. Maka berikut ini beberapa kriteria seorang pemimpin yang bisa kita pertimbangkan untuk menjadi seorang pemimpin Indonesia di masa kini dan yang akan datang.

Pertama, seorang pemimpin yang hendak dipilih adalah seorang elite politik yang memiliki tanggung jawab besar, haruslah memiliki pengetahuan yang luas. Unsur ini sangat penting di masa kini. Mengapa demikian ? Agar dapat berubah lebih cepat dalam persaingan yang ketat dan cepat dimana lingkungan yang sangat tidak pasti untuk ke depan, pemimpin harus mampu berfungsi sebagai katalis dalam problem solving, toleran terhadap resiko, berfikir dalam gambaran keseluruhan dengan keahlian teknis yang menonjol, fokus dalam mengembangkan hal-hal yang tidak terukur, Memiliki keterampilan non teknis dan pengetahuan lintas fungsi/antar disiplin seperti matematika, logika, sejarah, filsafat, sastra dan bahasa asing serta disiplin ilmu lainnya.

Kedua, pemimpin harus memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan informasi dengan baik dan mengkomunikasikannya dengan jelas, singkat, dan persuasif, keterampilan untuk menganalisis informasi yang kompleks sampai membuat keputusan yang tepat berdasarkan pendekatan secara logis. Biasanya seorang pemimpin akan mencari solusi atau jawaban yang terbaik, bukan jawaban yang ingin kebanyakan didengar oleh bawahan.
Ketiga, seorang pemimpin yang hebat biasanya juga “knowledge worker” yang seringkali memiliki pengetahuan antardisiplin dan memiliki pengalaman, serta secara bersamaan menerapkan pengetahuan yang berasal dari beberapa bidang untuk memecahkan masalah. Mereka seringkali dapat mengkombinasikan pengetahuan yang berbeda-beda, seperti bisnis dan teknologi. Dan keempat, adalah sorang pemimpin masa depan juga harus mengerti visi organisasi yang spesifik dan berperan untuk bisa melihat dan merespons kebutuhan masyarakat.

Jadi pada intinya seorang pemimpin masa depan apabila ingin efektif, maka diperlukan lebih banyak pengetahuan yang bersifat menyeluruh — tidak perlu menjadi ahli, tetapi setidaknya cukup mengenal dengan baik untuk dapat menjawab pertanyaan yang tepat dari orang lain, memecahkan masalah dengan cerdas, serta membuat keputusan yang tepat yang didasari pada proses yang logis. Adakah kriteria-kriteria yang telah disebutkan di atas ada dalam diri para kandidat capres dan cawapres 2009? Kita semua dapat menentukan mana yang terbaik buat bangsa kita yang tercinta ini, Indonesia.

Jumat, 24 April 2009

VERSI LAIN KISAH PENCIPTAAN PRIA DAN WANITA

Pada saat Sang Pencipta telah selesai menciptakan pria.
Ia baru menyadari bahwa Ia juga harus menciptakan wanita .
Padahal semua bahan untuk menciptakan manusia sudah habis dipakai untuk menciptakan pria.

Kemudian Sang Pencipta merenung sejenak, dan kemudian Ia mengambil lingkaran bulan purnama, kelenturan ranting pohon anggur,
goyang rumput yang tertiup angin, mekarnya bunga, kelangsingan dari buluh galah, sinar dari matahari, tetes embun dan tiupan angin.

Ia juga mengambil rasa takut dari kelinci dan rasa sombong dari merak, kelembutan dari dada burung dan kekerasan dari intan, rasa manis dari madu dan kekej aman dari harimau, panas dari api dan dingin dari salju,keaktifan bicara dari burung kutilang dan nyanyian dari burung bul-bul, kepalsuan dari burung bangau dan kesetiaan dari induk singa.

Dengan mencampurkannya bahan semua itu, maka Sang Pencipta membentuk wa nita dan memberikannya kepada pria.Pria itu merasa senang sekali karena hidupnya tidak merana dan kesepian seorang diri. Setelah satu minggu, pria itu datang kepada Tuhan,
katanya: 'Tuhan, ciptaan-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku membuat hidupku tidak bahagia. Ia bicara tiada henti sehingga aku tidak dapat beristirahat. Ia minta selalu untuk diperhatikan. Ia mudah menangis karena hal-hal sepele. Aku datang untuk mengembalikan wanita itu kepada-Mu, karena aku tidak bisa hidup dengannya'. Baiklah', kata Sang Pencipta.
Dan Ia mengambilnya kembali.

Beberapa minggu kemudian, pria itu datang lagi kepada Tuhan, dan berkata, 'Tuhan, sejak aku memberikan kembali wanita ciptaan-Mu, kini aku merana kesepian.Tiada lagi yang memperhatikanku, tiada lagi yang menyayangiku. Aku selalu memikirkan dia, ke mana pun aku pergi, aku selalu ingat dia. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Aku rindu kepadanya.

Di kala aku sendirian, kubayangkan wajahnya yang cantik, kubayangkan bagaimana ia menari dan menyanyi. Bagaimana ia melirik aku.
Bagaimana ia bercakap-cakap dan manja kepadaku.
Ia sangat cantik untuk dipandang,dan sedemikian lembut untuk disentuh.
Aku suka akan senyumannya. Tuhan, kembalikan lagi wa nita itu kepadaku!'.

Sang Pencipta berkata, 'Baiklah'. Ia memberikan wanita itu kembali kepadanya.
Tetapi, tiga hari kemudian pria itu datang lagi kepada Tuhan dan berkata, Tuhan, aku tidak mengerti. Mengapa dia memberikan lebih banyak lagi kesusahan
dari pada kegembiraan. Dia semakin menyebalkan.
Aku tidak tahan lagi dengan sikap dan tingkah lakunya.
Aku berdoa kepada-Mu. Ambillah kembali wa nita itu.
Aku tidak dapat lagi hidup dengannya'.

Sang Pencipta balik bertanya, 'Kamu tidak dapat hidup lagi dengannya?'.
Pria itu tertunduk malu, ia merasa putus asa. Dalam hatinya ia berkata,
Apa yang harus aku perbuat? Aku tidak dapat hidup dengannya,
tetapi aku juga tidak dapat hidup tanpa dia.
Tuhan, ajarilah aku untuk mengerti apa arti hidup ini?'.

Belajarlah untuk memahami perbedaan dan belajarlah untuk berani menerima perbedaan dalam hidupmu!
Pahamilah dan usahakanlah apa yang menjadi kebutuhan mendasar dari pasangan hidupmu!', jawab Tuhan.

Dan inilah enam kebutuhan mendasar pria dan wanita :
1. Wanita membutuhkan perhatian,dan pria membutuhkan kepercayaan.
2. Wanita membutuhkan pengertian,dan pria membutuhkan penerimaan.
3. Wanita membutuhkan rasa hormat,dan pria membutuhkan penghargaan.
4. Wanita membutuhkan kesetiaan,dan pria membutuhkan kekaguman.
5. Wanita membutuhkan penegasan,dan pria membutuhkan persetujuan.
6. Wanita membutuhkan jaminan,dan pria membutuhkan dorongan

GOLPUT SEBAGAI PEMENANG PEMILU 2009?

Setiap kali sebuah negara-bangsa merayakan pesta demokrasinya lewat Pemilu, di saat yang sama pula ancaman terhadap munculnya golongan putih atau GOLPUT sangat besar, bahkan menjadi pemenang mutlak. Golongan Putih merupakan suatu gerakan moral yang tidak bersifat melembaga, bahkan sering bersifat rahasia, yang mengadakan praktik dan kegiatan pada saat pemilu dengan prinsip tidak mau memilih salah satu pemimpin atau salah satu partai politik yang ada.

Pada dasarnya menjadi golput adalah hak asasi seseorang, terlebih dalam negara yang bersifat demokratis. Menjadi golput adalah sebuah pilihan yang harus dihargai; menjadi golput berarti ”memilih untuk tidak memilih”. Biasanya hal ini diatur dalam undang-undag. Oleh sebab itu, setiap orang yang berniat menjadi golput harus selalu menyesuaikan tindakannya dengan peraturan yang ada. Selain itu, seseorang yang memilih untuk menjadi golput tidak boleh memprovokasi atau memaksa orang lain untuk juga menjadi golput. Memprovokasi atau memaksa orang lain menjadi golput merupakan tindakan yang bersifat tidak menghargai hak asasi orang lain. Sekalipun menjadi golput, pada akhirnya menjadi pilihan seseorang yang harus dihargai, namun harus dilakukan secara sangat hati-hati agar tidak merugikan kepentingan bangsa dan negara.
Hal mendasar lain juga yang perlu menjadi bahan pertimbangan penting adalah bahwa satu suara sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan nasional. Oleh karena itu, suara jangan sampai disia-siakan atau digunakan secara salah.

McQuilkin, memberikan sebuah fakta historis yang menarik mengenai betapa berharganya nilai suara dalam Pemilu di Amerika Serikat. Pada musim gugur 1843, Madison Marsh terpilih sebagai Perwakilan Rakyat negara bagian Indiana karena unggul satu suara atas lawannya. Salah satu yang memilihnya adalah Henry Shoemacher, yang mengendarai kudanya sejauh 12 mil ke tempat pemilu. Dalam tingkat pemilihan yang ’lebih tinggi’, Madison Marsh mempunyai tanggung jawab untuk memilih senator Amerika Serikat yang bernama Edward A. Hannegan yang juga terpilih karena unggul satu suara. Ketika pada tahun 1846 terjadi masalah antara Amerika Serikat dengan Mexico, perang pun diproklamirkan dengan unggul satu suara yang adalah pilihan dari senator Hannegan. Angkatan perang Amerika memenangkan perang yang mengakibatkan dipersatukannya wilayah Selatan Barat, yang kemudian menjadi Texas, California, Idaho dan Oregon.

Satu suara dalam pemilihan dapat menghasilkan suatu perubahan yang sangat berarti.
Dalam konteks Indonesia, golput pada masa Orde Baru (Orba) dan era Reformasi mempunyai dua wajah yang berbeda. Pada masa Orba golput benar-benar menjadi sebuah kesadarang politik yang dapat melawan hegemoni penguasa hingga akhirnya mengkerucutkan kekuatannya lewat gerakan reformasi 1998. Namun pada era Reformasi hingga kini, golput bukan sebagai bentuk kesadaran politik, tetapi mungkin lebih pada sikap ke-apatis-an untuk mengikuti Pemilu karena sudah muak dan tidak percaya terhadap lembaga politik yang ada sekarang ini. Dengan kata lain fenomena banyaknya golput bisa berarti keterpilihan pemimpin tidak mencerminkan kehendak rakyat secara utuh.

Berdasarkan Pemilihan legislatif 2009 kemarin, orang golput bisa jadi juga disebabkan karena tidak peduli saat hak pilihnya tidak diberikan sebagaimana mestinya oleh petugas yang bertanggungjawab untuk itu. Banyak warga tidak memberikan hak suaranya pada Pemilihan Anggota Legislatif (pileg) 9 April kemarin karena tidak terakomodir dengan baik oleh pihak penyelenggara pemilu. Maka tidak salah kalau dalam arti itulah hak konstitusional warga digolputkan oleh sebuah sistem.
Lantas apakaha tidak bijaksana juga kalau masyarakat tetap menjadi golput? Ataukah golput adalah suatu tindakan yang keliru hingga beberapa anak bangsa berusaha untuk memfatwakan golput? Pada prinsipnya satu suara sangat berharga bagi kemajuan sebuah bangsa, karena daripadanyalah perubahan itu akan muncul. Namun golput kalau dikelola dengan baik tidak terlalu mengancam konstelasi tatanan demokrasi Indonesia. Yang paling mengancam eksistensi praksis demokrasi kita adalah politik uang (money politic) dalam mencapai kekuasaan. Sebab kalau itu yang terjadi, negara kita bukan tidak mungkin akan menuju pada kepunahan. Seperti yang dikatakan oleh Mohandas K. Gandhi bahwa hal-hal yang akan punah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah bila terjadi praktik politik tanpa prinsip, kesenangan tanpa hati nurani, kekayaan tanpa kerja, pengetahuan tanpa watak, bisnis tanpa moral, ilmu tanpa kemanusiaan, dan ibadah tanpa pengorbanan. Maukah Indonesia menjadi negara yang akan tinggal cerita? Kita semua yang harus menjawabnya.

Kamis, 05 Maret 2009

Pidato yang Mencengangkan

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).
ECO sendiri adalah Sebuah kelompok kecil anak2 yg mendedikasikan diri Untuk belajar dan mengajarkan pada anak2 lain mengenai masalah2 lingkungan.
Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB pada tahun 2002, dimana pada saat itu Severn yg berusia12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.
Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia12 tahun hingga bisa membuatRUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang2 terkemuka yg berdiri dan memberikan Tepuk Tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: ( sumber The Collage Foundation )
Halo, nama saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization.

Kami Adalah Kelompok dari kanada yg terdiri dari anak2 berusia 12 dan 13 tahun. Yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini Disini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak2 yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang2 yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitat nya. kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang nya lapisanOZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan2nya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang2 dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang2 liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu2. tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal2 tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya. Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah2 kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahan-nya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahan-nya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaimana cara mengembalikan ikan2 salmon ke sungai asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang2 yang telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan Hutan-Hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir.
Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya.
TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, Anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki2 dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya Hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.
Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.
Di Negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. walaupun begitu tetap saja negara2 di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.
Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak2 yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: "Aku berharap aku kaya , dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak2 jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal dan Cinta dan Kasih sayang " .
Jika seorang anak yang berada dijalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begituserakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak2 tersebut berusia sama dengan saya , bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak2 yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah Seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua Uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain.
Mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan.
Tidak menyakiti makhluk hidup lain, berbagi dan tidak tamak..

Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?
Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konferensi ini. mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak2 anda semua , Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya dapat memberikan kenyamanan pada anak2 mereka dengan mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja". 'Kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan; dan Ini bukanlah akhir dari segalanya!

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua?
Ayah saya selalu berkata "kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu bukan oleh kata2-mu"

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami.
Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata2 tersebut.
Sekian dan terima kasih atas perhatian-nya.

Severn Cullis-Suzuki telah membungkam 1 ruang sidang Konfrensi PBB, membungkam seluruh orang" penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya, setelah pidato nya selesai serempak seluruh orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun.
Dan setelah itu ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

"Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya lingkungan dan isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun naskah untuk berpidato, sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh assisten saya kemarin... Saya ... tidak, kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun."

Rabu, 28 Januari 2009

Kesaksian Menjadi Orang Katolik

Sekilas mengenai saya.
Nama saya Maria Natalia Brownell (nama saya sebelum menikah: Maria Natalia Budiman). Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik. Sedari kecil, saya sudah tertarik untuk aktif di gereja Katolik. Saya sering ikut koor gereja, menjadi pengantar, dan cukup aktif di kegiatan Mudika. Walaupun demikian, kegiatan yang saya ikuti jarang yang bersifat pendalaman iman. Di sekolah Katolik, memang saya mendapat pelajaran agama Katolik, tetapi sifatnya sangat mendasar. Misalnya, saya tidak pernah diajar untuk membaca dan mengerti alkitab, saya kurang mengerti akan pentingnya doa dan devosi terhadap bunda Maria dan santo/santa, banyak hal di perayaan Misa kudus yang bagi saya adalah ritualitas biasa (tanpa mengerti akan artinya). Kurangnya pengertian saya terhadap iman Katolik membuat saya pergi ke gereja Katolik hanya karena 'memang begitulah seharusnya', bukan karena didasarkan atas motivasi hati dan keinginan saya untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Waktu saya di SMA, saya bertanya-tanya terhadap diri saya sendiri. Sepertinya semua orang itu melalui pola hidup yang sama: sekolah, bekerja, menikah, berkeluarga, pensiun, lalu meninggal. Sepertinya sangat monoton dan membosankan. Saya lalu bertanya, apakah ada arti kehidupan yang lebih dalam daripada hanya mengikuti pola yang monoton begitu saja? Kenapa Tuhan menghendaki saya untuk hidup di dunia ini? Saya berharap suatu saat saya dapat menjawab pertanyaan ini…

Kegiatan saya sewaktu di SMA sangat banyak, terutama di kelas III karena persiapan untuk masuk Universitas. Waktu itu, saya ingin sekali bersekolah di luar negeri. Walaupun mulanya berat bagi orang tua saya mengijinkan anak perempuan satu-satunya untuk pergi ke luar negeri pada umur 17 tahun, mereka akhirnya mengijinkan saya pergi juga. Waktu itu $1 masih seharga Rp 2000, tidak semahal sekarang. Walaupun mereka hanya bisa menjanjikan untuk menyekolahkan saya selama 2 tahun pertama, saya tetap nekat untuk pergi. Saya memutuskan untuk mengambil bidang Tehnik Kimia di Oregon State University, Amerika. Satu tahun kemudian, saya pindah ke University of Wisconsin, Madison, Wisconsin.

Kehidupan saya di AmerikaDi Madison, Universitasnya besar sekali, dan jauh lebih sulit daripada di Oregon. Untungnya banyak anak Indonesia yang bersekolah di sana. Saya mencoba untuk lebih ikut aktif di kegiatan Mudika. Alasan utamanya adalah karena ingin mendalami iman saya lebih lanjut. Jauh dari keluarga membuat saya lebih terpanggil untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Di Mudika, saya mengusulkan untuk belajar Alkitab, tetapi anak-anak Mudika semuanya protes. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah capai belajar selama seminggu, dan mereka hanya mau berkumpul untuk bersosialisasi saja. Belajar Alkitab sifatnya terlalu serius. Walaupun tidak setuju, saya diam saja dan tidak memaksakan kehendak saya. Saya merasa seperti minoritas di kelompok Mudika itu, walaupun kita pergi ke gereja yang sama.

Persaan seperti minoritas ini membuat saya mencari tahu kelompok anak Indonesia yang lain: ICF / Indonesian Christian Fellowship (Persekutuan Kristen Indonesia). Ini adalah kelompok mahasiswa Protestan. Waktu saya datang pertama kali, saya disambut dengan hangat. Pertemuannya dibuka dengan menyanyi pujian, kesaksian iman, dan presentasi dari speaker mengenai Alkitab. Saya sangat menikmati pertemuan ICF ini. Saya merasakan persahabatan dalam iman yang begitu kuat dan murni. Walaupun saya anak baru, saya sudah merasa seperti bagian dari keluarga besar ICF. Saya tidak pernah merasa bersalah mengikuti kegiatan ICF, karena bagi saya yang penting adalah saya menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Walaupun ICF adalah kelompok Protestan, saat itu saya merasa kita mempunyai Tuhan yang sama, dan iman Kristiani yang sama.

Membaca dan merenungkan firman Tuhan menjadi sumber kekuatan saya, yang menemani saya dalam kesendirian. Saya seperti menemukan air kehidupan baru yang menyegarkan kehidupan saya. Tidak pernah sebelumnya saya merasakan firman Tuhan begitu hidup dan mengena. Seperti orang sedang jatuh cinta, saya merasa jatuh cinta kepada Tuhan untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Sedikit demi sedikit saya mulai bisa menjawab pertanyaan saya waktu di SMA dulu, bahwa tujuan hidup saya adalah hidup bersama dengan Tuhan di Surga nantinya. Kehidupan saya di dunia ini adalah masa persiapan saya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Ajaran Protestan sangat menitik beratkan pada 'lahir baru' dan 'keselamatan di Surga'. Saya yakin bahwa saat itu apabila saya meninggal, saya akan langsung masuk ke Surga.

Keterlibatan saya dalam kelompok ICF berkembang dari sekedar hadir di pertemuan menjadi anggota kursus kepemimpinan Kristen, pemimpin group 'bible study' (pendalaman Alkitab), 'elder' (pemimpin) bagian evangelisasi, koordinator beberapa perayaan kampus, ikut serta dalam kelompok missionaris ke Guadalajara (Mexico) dan aktif terlibat dalam konferensi kelompok-kelompok ICF di Amerika.

Saya menjadi ProtestanSaat itu, saya sangat yakin bahwa yang terpenting adalah hubungan langsung saya dengan Bapa, Kristus dan Roh Kudus. Hal ini membuat saya semakin yakin, saat itu, bahwa banyak tradisi di Gereja Katolik yang sebenarnya 'tidak perlu'; seperti penghormatan kepada Bunda Maria, santo/santa, otoritas Paus sebagai pemimpin gereja, pengakuan dosa terhadap pastor, tradisi dan simbol-simbol di gereja dll. Di samping itu, orang-orang Protestan juga saya nilai lebih serius terhadap iman Kristiani daripada orang-orang Katolik. Saya juga sangat tersentuh dengan Kebaktian di gereja Protestan; dengan lagu-lagu yang indah, dan pendalaman Alkitab yang sangat mengena. Saat itu saya merasa gereja Protestan begitu 'hidup' dengan musik, doa, dan firman Tuhan; dan saya melihat Gereja Katolik begitu penuh ritual, sulit dimengerti dan tidak bisa menjamah hati saya. Tanpa saya sadari, sedikit demi sedikit saya semakin meninggalkan Gereja Katolik. Mulai dari hanya sekedar sesekali datang ke gereja Protestan (inter-denominasi) , menjadi anggota tetap gereja Protestan. Saya begitu terlibat di kelompok Protestan ini, sampai ingin menjadi seorang misionaris. Saya begitu mencintai Tuhan dan menginginkan banyak orang mengenal dan mencintai Tuhan seperti yang saya alami.

Orang tua dan keluarga saya sangat menyesali keputusan yang saya ambil untuk pindah ke gereja Protestan. Mereka mencoba untuk mempengaruhi saya, tetapi selalu berakhir dengan perdebatan dan sakit hati. Ayah saya berkomentar "Lia, kamu sudah diajar di Gereja Katolik yang dimulai oleh Kristus, dan diteruskan oleh Petrus, rasul Kristus yang langsung diajar oleh Kristus sendiri, kenapa kamu masih pergi ke gereja lain?" Saya langsung menjawab dengan bersemangat, "Tetapi gereja Protestan bisa membuat saya lebih dekat dengan Tuhan, saya lebih mengerti akan Alkitab…..". Perdebatan ini biasanya diakhiri oleh saya mengutip ayat Alkitab, dan orangtua saya tidak bisa menjawab lebih lanjut. Saya ingat bahwa hal ini membuat mereka sangat sedih dan menyesal. Akhirnya, orangtua saya hanya bisa berdoa agar suatu hari saya bisa kembali ke gereja Katolik.

Tanpa terasa, sudah hampir 5 tahun lamanya saya menjadi anggota gereja Protestan. Selama studi saya di universitas, saya pernah kerja magang di Detroit (Michigan), dan mengambil Summer school di Houston (Texas). Di tempat yang berbeda ini, saya juga pindah ke gereja Protestan yang berbeda denominasinya. Di Detroit, saya pergi ke Gereja Baptis, di Houston saya pergi ke Gereja Pantekosta. Di tahun 1997, saya ditawarkan untuk bekerja di South Carolina. Saya pun pindah ke Gereja 'Southern Baptist'. Saya tidak tahu bagaimana caranya memilih suatu denominasi tertentu. Waktu saya tanya ke penasehat gereja saya yang dulu, dia hanya bisa menjawab, "Cari gereja yang cocok di hatimu dan bisa membuat kamu merasa senang".

Perjalanan pulang ke RomaDi tahun 1996, Tuhan mempertemukan saya dengan calon suami saya: Kyle Brownell. Dia adalah seorang Amerika, dan seorang Katolik. Hampir semua teman Protestan saya tidak setuju akan hubungan saya dengan Kyle. Mereka mengganggap bahwa orang Katolik itu bukan 'orang percaya', sehingga harus diinjili. Saat itu saya pikir bahwa saya akan dipakai Tuhan untuk mengubahnya menjadi seorang Protestan, terutama karena dia (seperti banyak orang Katolik yang saya kenal) tidak begitu mengerti akan iman Katoliknya. Saya sangat yakin bahwa dalam waktu beberapa tahun, Kyle akan menjadi Protestan seperti saya. Tidak pernah saya bayangkan, bahwa ternyata saya keliru. Tuhan mempunyai rencana yang lain bagi kehidupan iman saya.

Tinggal di South Carolina dengan lingkungan yang baru, jauh dari teman-teman ICF-Madison membuat saya merenung…. Untuk pertama kalinya saya bertanya-tanya di dalam hati, kenapa setiap saya pindah tempat, saya harus mencari gereja Protestan yang baru? Sebenarnya gereja Protestan mana yang lebih benar? Di Amerika sendiri gereja Protestan terdiri dari sekitar 20,000 denominasi. Semuanya menganggap denominasi-nya adalah yang benar, yang diinspirasikan langsung dari Roh Kudus. Kalau benar semuanya dari Roh Kudus, dan hanya ada satu Roh Kudus, kenapa ada 20,000 denominasi yang berbeda? Apakah cara orang memilih denominasi hanya didasarkan akan 'feeling good' (perasaan cocok/senang) saja? Apakah ada arti yang lebih mendalam daripada hanya sekedar 'feeling good'? Saya bertekat bahwa saya harus memutuskan untuk yang terakhir kalinya, gereja mana yang saya pilih. Kali ini saya harus benar-benar mengerti mengapa saya memilih gereja tersebut, dan bukan hanya sekedar 'feeling good'
belaka.

Hal lain yang membuat saya bertanya-tanya akan pengertian iman Protestan, adalah bahwa setelah seseorang "menerima Tuhan Yesus di dalam hati", seseorang langsung dijamin masuk surga. Walaupun dia melakukan dosa apapun selanjutnya, kekudusan Kristus akan menyelimuti hati orang tersebut. Dengan kata lain, seseorang akan tetap langsung masuk ke Surga kalau dia meninggal, walaupun dia tercemar akan dosa dan hidup dalam kegelapan, karena Kristus akan menyelimutinya dengan kekudusanNya. Kalau memang begitu, saya berpikir, apa alasan kita untuk menjadi lebih baik, menyucikan diri dan menjadi kudus? Di Alkitab jelas ditulis bahwa hanya orang kudus yang bisa masuk surga, bukan orang yang 'diselimuti' oleh kekudusan Kristus. Rasul Yakobus menulis secara jelas bahwa "Iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yak 2:17, 26). Kalau begitu tidak cukup bahwa kita hanya mempunyai iman saja, tanpa disertai perbuatan. Perbuatan harus mengikuti iman, harus ada buah-buah iman yang terlihat lebih dari
sekedar janji atau perkataan saja. Waktu saya tanyakan hal ini kepada pendeta/penasihat Protestan, mereka mengatakan bahwa apabila seorang yang 'lahir baru' tidak menunjukkan perbuatan pertobatan, artinya dia tidak benar-benar diselamatkan. Tetapi, bagaimana gereja Protestan bisa dengan yakin mengatakan bahwa seseorang selamat atau tidak hanya berdasarkan pada pertanyaan, "Apakah kamu menerima Tuhan Yesus di dalam hatimu?" Bukankah keyakinan ini hanya berdasarkan iman saja? Saya melihat adanya pandangan yang tidak konsisten dari pernyataan iman Protestan ini.

Gereja Protestan tidak memberikan penghormatan khusus kepada Bunda Maria. Maria hanya sekedar diakui sebagai bunda Yesus. Menghormati Bunda Maria dianggap sebagai pemujaan berhala. Apalagi pernyataan "Bunda Maria dikandung tanpa dosa". Ini dianggap sebagai pernyataan salah, karena di Alkitab ditulis semua orang jatuh ke dalam dosa (Rom 3:23). Ajaran Protestan akan Bunda Maria ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana gereja Protestan menanggapi penampakan Bunda Maria yang terbukti terjadi di beberapa tempat di dunia, tentang banyak mukjijat yang terjadi sehubungan dengan penampakkan tersebut, dan dampak penampakan itu terhadap pertobatan jutaan orang yang kembali kepada Tuhan? Lalu bagaimana gereja Protestan mengartikan santo/santa yang telah meninggal ratusan tahun yang lalu, dan tubuhnya tetap utuh tidak berubah?

Gereja Protestan juga mengartikan bahwa roti dan anggur yang diterima waktu di kebaktian, adalah simbol belaka untuk mengenang Kristus, tanpa ada arti yang lebih lanjut. Hal inipun membuat saya bertanya, bagaimana gereja Protestan mengartikan ayat Alkitab "Barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya" (1 Kor 11:29). Juga dalam kitab Rasul Yohanes setelah mereka mendengar Yesus mengajarkan hal Roti Hidup, banyak yang pergi meninggalkan- Nya (lih. Yoh 6:66), justru karena kesungguhan Yesus tentang hal ini. Apabila benar bahwa roti dan anggur hanya simbol biasa, mengapa menimbulkan akibat sampai sedemikian? Lalu bagaimana dengan banyak mukjijat yang terjadi sebubungan dengan 'hosti' kudus, yang buktinya masih dapat ditemukan saat ini? Sepertinya, saya berpikir, ada arti yang lebih daripada hanya sekedar simbol roti-anggur belaka.

Semua pertanyaan ini membuat saya mulai ragu akan 'KEUTUHAN' iman Kristiani yang dipercayai oleh gereja Protestan. Hal ini membuat hati saya tidak damai. Sepertinya ada perdebatan di dalam hati saya, karena jawaban yang saya terima tidak memuaskan. Entah bagaimana, saya ingin berdoa dan menyembah Kristus dalam kedamaian. Saya tidak perduli lagi akan musik yang meriah, atau kotbah yang bersemangat. Yang saya butuhkan adalah kedamaian dan kebenaran yang utuh. Saya ingin merenungi kehidupan Kristus secara keseluruhan, termasuk kerendahan hati-Nya waktu membasuh kaki para murid-Nya dan sengsara-Nya di kayu salib. Di gereja Protestan, tidak ada upacara Kamis Putih atau Jumat Agung, mereka hanya merayakan Paskah.

Di manapun saya berada, saya ingin pergi ke rumah Tuhan yang sama, yang percaya akan iman yang sama. Saya rindu akan gereja yang bisa menjawab pertanyaan saya di atas bukan dengan perdebatan, tetapi dengan pengertian yang utuh dan tidak mempertentangkan ayat yang satu dengan ayat yang lain. "Tuhan, mohon tunjukkan, saya harus ke gereja yang mana? Saya ingin ke gereja yang Engkau dirikan…"

Gereja Katolik mempunyai jawaban Suatu hari, hal yang luar biasa terjadi dalam hidup saya. Sepertinya ada suara yang begitu lembut dalam hati saya memanggil saya untuk berdoa di Misa Gereja Katolik. Hal ini sangat aneh sekali bagi saya, karena saat itu sudah sekitar 6 tahun saya meninggalkan Gereja Katolik. Ikut dalam perayaan Ekaristi kudus yang pertama kali setelah sekian lama memberikan kesan yang lain dalam hati saya. Fokus dari Misa adalah Kristus, Anak Domba Allah. Saat inilah saya akhirnya dapat berdoa dengan damai dan menyatukan hati dengan pengorbanan Kristus. Di atas semua itu, …..bukan musik yang meriah, kotbah yang mengesankan, atau perasaan saya yang terpenting, tetapi kehadiran Yesus sendiri yang saya rindukan. Saya tidak dapat menjelaskan, tetapi saat itu untuk pertama kalinya saya merasa sangat rindu untuk menerima Tubuh Kristus di dalam Komuni kudus, sesuatu perasaan kehilangan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Suara yang lembut itu sepertinya
memanggil saya untuk tidak meninggalkan Gereja Katolik. Sepertinya tidak adil, saya pikir, kalau saya memutuskan untuk meninggalkan Gereja Katolik tanpa benar-benar mengerti ajaran Gereja Katolik yang sebenarnya. Saya bertekat untuk mempelajari iman Katolik dengan lebih dalam, sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.

Tuhan mempertemukan saya dengan pasangan suami-istri yang juga sedang ingin mendalami iman Katolik seperti saya. Mereka mengajak saya untuk belajar bersama dari buku-buku "Dr. Scott Hahn", seorang teolog Protestan ternama yang akhirnya menjadi Katolik. Dengan pengetahuan Alkitab yang sangat mendalam, Dr. Scott Hahn benar-benar menjawab pertanyaan saya dengan begitu jelas dan masuk akal. Selain Dr. Scott Hahn, kami juga belajar dari Katekismus Gereja Katolik, yang mengajarkan doktrin Gereja Katolik secara utuh dan sistimatis. Baru pernah saya melihat buku doktrin gereja yang setebal itu. Di gereja Protestan, mereka hanya belajar dari Alkitab saja, atau kalau ada buku doktrin, tidak pernah ada yang setebal buku doktrin Gereja Katolik.

Dari pendalaman iman ini, saya belajar bahwa banyak sekali kesalah-pahaman tentang Gereja Katolik, yang tidak benar. Seperti contoh, Gereja Katolik banyak dipengaruhi oleh ritualitas manusia, yang tidak didasari Alkitab. Pengertian ini sangat salah sekali, sebab ternyata ajaran Gereja Katolik sangat Alkitabiah! Tetapi, karena ayat Alkitab mudah sekali untuk diinterpretasikan dari banyak sisi, Gereja Katolik juga percaya akan Tradisi Suci yang membantu menginterpretasikan ayat Alkitab dengan benar. Tradisi ini diturunkan dari Kristus kepada para rasul, Paus, uskup, dari generasi ke generasi. Hal inilah yang membuat Gereja Katolik tetap satu selama 2000 tahun lebih. Hal ini sangat masuk akal bagi saya, karena Kristus berkata kepada Petrus "Di atas batu karang ini saya akan dirikan GerejaKu", dan "Dia akan selalu beserta kita/GerejaNya sampai akhir" (Mat 16:18). Sebelum sengsaraNya, Kristus berdoa agar pengikutNya selalu bersatu. Karenanya, penting sekali bagi kita untuk
mengakui otoritas dari Paus, sebagai pemimpin Gereja, dan mengikuti otoritas doktrin Gereja Katolik yang membahas iman Kristiani secara utuh, langsung diturunkan dari Kristus sendiri.

Saya sangat terkagum waktu mengetahui bahwa ajaran Katolik tidak hanya berdasarkan Alkitab, dan juga sangat utuh mengupas penyempurnaan dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Contohnya adalah Misa Kudus sendiri. Pembagian Misa Kudus dari Liturgi Sabda and Liturgi Ekaristi berakar dari tradisi "pemecahan roti" yang dilakukan oleh rasul Kristus di Perjanjian Baru. Mereka berkumpul dan membahas ajaran Kristus dan 'memecahkan roti'. Kristus juga mengatakan bahwa "Inilah TubuhKu, dan inilah DarahKu. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku". Dia tidak mengatakan "Inilah simbol TubuhKu, dan inilah simbol DarahKu". Secara khusus, Kristus menginginkan kita untuk mengenangNya dengan melakukan perayaan Ekaristi. Suatu mukjijat terjadi saat itu, dimana roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ini menjawab pertanyaan saya mengenai arti roti dan anggur yang lebih dari hanya sekedar simbol. "Kristus sebagai Anak Domba Allah", adalah pemenuhan tradisi umat Yahudi di
Perjanjian Lama, di mana anak domba dikorbankan untuk menjadi persembahan pengampunan dosa kepada Tuhan. Kristus adalah pemenuhan janji keselamatan Allah, korban yang paling sempurna, yang menyelamatkan manusia dari dosa.

Pertanyaan saya tentang Bunda Mariapun terjawab. Bunda Maria menempati tempat khusus di dalam rencana Keselamatan Allah. Di kitab Kejadian, setelah manusia pertama jatuh dalam dosa, Bunda Maria sudah dinubuatkan, 'benih dari perempuan ini akan menjadi penyelamat dunia, dan bahwa iblis akan bertekuk lutut di kakinya" (Kej 3:15). Dan di akhir dunia, seperti disebutkan di kitab Wahyu, Bunda Maria dimahkotai di surga (Why 12: 1) yang melahirkan Sang Penyelamat. Melihat keutamaan Bunda Maria dalam rencana keselamatan Allah, membuat saya yakin bahwa dia adalah seorang kudus yang harus kita hormati, seperti Kristus sendiri menghormatinya. Waktu Bunda Maria menampakkan diri kepada santa Bernadette, dia berkata "Akulah perawan yang dikandung tanpa noda", meyakinkan saya bahwa dia sungguh tidak berdosa. Seperti Malaikat Gabriel mengatakan "Salam Maria, penuh rahmat" (Luk 1:28), mengandung makna bahwa rahmat Tuhan sendirilah yang membuatnya tanpa dosa. Apabila Tuhan dapat membuat
Anak-Nya lahir dari kandungan Bunda Maria, bukankah wajar kalau Diapun dapat membuat Kristus lahir di kandungan Bunda yang suci tanpa dosa?

Pertanyaan saya tentang keselamatan pun terjawab dalam pengajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik percaya bahwa Kristus adalah Penyelamat manusia dari dosa. Dengan percaya kepadaNya kita menerima janji keselamatan di Surga. Tetapi, keselamatan ini dapat hilang, apabila iman kita tidak diikuti perbuatan (Yak 2:17,26). Tuhan ingin kita menjadi kudus, karena tanpa kekudusan kita tidak bisa masuk ke Surga (Ibr 12:14). Kekudusan ini harus dinyatakan dengan pemurnian iman dalam perbuatan kita sehari-hari, untuk lebih mencintai dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini kita lihat dari para rasul dan orang kudus yang meninggal dengan mengorbankan diri untuk Tuhan. Iman mereka bukan hanya berdasarkan perkataan saja, tetapi oleh pergorbanan yang dilakukan karena kasih kepada Kristus, mengikuti teladan Kristus yang rela mati di kayu salib untuk kita. Hal ini meyakinkan saya bahwa tidak cukup kita hanya "menerima Kristus di hati kita", tetapi kita juga harus mengikuti contoh Kristus dan mencintaiNya sedemikian rupa dalam pengorbanan hidup kita sehari-hari. Karena itulah Kristus mengajarkan, "Bukan mereka yang memanggil Tuhan, Tuhan, yang akan diselamatkan, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa di surga" (Mat 7:21). Ajaran Gereja Katolik tentang keselamatan inilah adalah jawaban terakhir yang saya perlukan untuk kembali ke Gereja Katolik…

Saya merasa sungguh bahagia sekali, sekarang saya sudah 'pulang' ke rumah Tuhan di Gereja Katolik. Ke manapun, saya tidak perlu bingung pergi ke gereja yang mana, karena di manapun Gereja Katolik tetap sama. Saya yakin bahwa Gereja Katolik ini bukan didirikan oleh orang biasa, tetapi oleh Kristus sendiri. Kristus berjanji bahwa "GerejaNya akan utuh sampai akhir", dan ini telah terbukti di dalam Gereja Katolik yang bertahan dari 2000 tahun yang lalu sampai sekarang. Deep inside my heart, I leapt for joy for I could finally say, "Here, I am, Lord. I am HOME……"

Tentang Penulis
Maria Brownell (Lia) menikah dengan seorang berkebangsaan Amerika dan dikarunia tiga anak laki-laki. Bersama dengan suami, Lia telah menyelesaikan master of theological study di Institute for Pastoral Theology - Ave Maria University, USA.comment this article : http://katolisitas. org/2008/ 11/08/thank- you-jesus- i-am-home/

Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan

(Pesan Bapa Suci Benediktus XVI untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke- 43, 24 Mei 2009)

Saudara dan Saudari Terkasih,

1. Mendahului Hari Komunikasi Sedunia yang akan datang, Saya ingin menyampaikan kepada anda beberapa permenungan mengenai tema yang dipilih untuk tahun ini yakni – Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan. Sesungguhnya teknologi digital baru sedang membawa pergeseran yang hakikih terhadap perilaku-perilaku komunikasi juga terhadap ragam hubungan manusia, khususnya bagi kaum muda yang bertumbuh bersama teknologi baru dan telah merasakan dunia digital sebagai rumah sendiri. Mereka berusaha memahami dan memanfaatkan peluang yang diberikan olehnya, sesuatu yang bagi kita orang dewasa acapkali dirasakan cukup asing. Dalam pesan tahun ini, Saya menyadari mereka yang dikenal sebagai generasi digital, dan Saya ingin berbagi dengan mereka, khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi ulung teknologi baru apabila dipergunakan untuk mamajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia. Teknologi baru itu sesungguhnya
merupakan anugerah bagi umat manusia dan kita mesti sungguh-sungguh memberikan jaminan bahwa manfaat yang dimilikinya dipergunakan untuk melayani semua umat manusia secara pribadi dan komunitas, secara istimewa bagi mereka yang kurang beruntung dan disakiti.

2. Akses yang mudah terhadap telpon seluler dan komputer yang dikombinasikan dengan jangkauan dan penyebaran internet secara meluas telah menciptakan serba ragam sarana melaluinya, kata-kata dan gambar dapat disampaikan secara langsung ke wilayah-wilayah terjauh dan terpencil di dunia, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Kekuatan besar media baru ini telah digenggam oleh orang-orang muda dalam mengembangkan jalinan, komunikasi dan pengertian di antara individu maupun secara bersama. Mereka telah beralih kepada media baru sebagai sarana berkomunikasi dengan teman- teman , sarana untuk berjumpa dengan teman-teman baru, sararana untuk membangun paguyuban dan jejaringan, mencari informasi dan berita serta sarana berbagi gagasan dan pendapat. Banyak manfaat muncul dari budaya baru komunikasi ini, antara lain keluarga-keluarga masih tetap bisa berkomunikasi walau terpisah oleh jarak yang jauh, para mahasiswa dan peneliti mendapat peluang
yang lebih cepat dan mudah kepada dokumen, sumber-sumber rujukan dan penemuan-penemuan ilmiah sehingga mereka bisa bekerja secara bersama meski dari tempat yang berbeda. Lebih dari itu, kodrat interaktif yang dihadirkan oleh bebagai media baru mempermudah pembelajaran dan komunikasi dalam bentuk yang lebih dinamis sehingga memberikan sumbangsih bagi perkembangan sosial.

3. Betapapun kecepatan media baru ini begitu mengagumkan dalam artian daya guna dan rasa aman, namun popularitasnya bagi para pengguna tidak seharusnya membuat kita terheran-heran kalau ia menjawabi kerinduan mendasar umat manusia untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain.

Hasrat akan komunikasi dan persahabatan ini berakar pada kodrat kita yang paling dalam sebagai manusia dan tak boleh dimengerti sebagai jawaban terhadap berbagai inovasi teknis. Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran-serta kita akan kasih Allah yang komunikatif dan mempersatukan yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai suatu keluarga. Tatkala kita ingin mendekati orang lain, tatkala kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka, dan membuat kita dikenal oleh mereka, kita justru sedang menjawabi panggilan Allah yakni panggilan yang terpatok dalam kodrat kita sebagai mahkluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, Allah komunikasi dan persekutuan.

4. Hasrat saling berhubungan dan naluri komunikasi yang sudah sedemikian melekat dalam kebudayaan masa kini sungguh dipahami sebagai ungkapan kecendrungan mendasar dan berkelanjutan manusia yang mutakhir untuk menjangkau keluar dan mengupayakan persekutuan dengan orang lain. Kenyataanya, tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam dan menjadi lebih sungguh manusia. Pada dasarnya, mencintai adalah hal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini, Saya tidak berbicara tentang hubungan sekilas dan dangkal, tetapi tentang kasih yang sesungguhnya, yang menjadi inti ajaran moral Yesus: ”Kasihilah TuhanAllahmu dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa raga, dengan seluruh akal budimu dan dengan seluruh kekuatanmu” dan ” kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (bdk. Mrk 12:30-31). Dalam terang pemahaman ini, merenungi makna teknologi baru amatlah penting agar kita tidak sekadar menaruh pehatian pada
kemampuannya yang tak dapat diragukan untuk mengembangkan kontak dengan orang lain, tetapi tertutama pada kwalitas isi yang disebarkan melaui media dimaksud. Saya ingin mendorong semua orang yang berkehendak baik yang sedang bergiat di lingkungan komunikasi digital masa kini untuk sungguh membaktikan diri dalam memajukan budaya menghomati, dialog dan persahabatan.

Oleh karena itu, mereka yang bergiat dalam pembuatan dan penyebaran isi media baru harus benar-benar menghormati martabat dan nilai pribadi manusia. Apabila teknologi baru dipergunakan untuk melayani kebaikan pribadi dan masyarakat, semua penggunanya akan mengelakkan tukar menukar kata dan gambar yang merendahkan umat manusia dan keintiman hubungan seksual atau yang mengeksploitasi orang lemah dan menderita.

5. Teknologi baru juga membuka jalan untuk dialog di antara orang-orang dari berbagai negara, budaya dan agama. Gelanggang digital baru yang disebut jagat maya, memungkinkan mereka untuk bertemu dan saling mengenal kebiasaan dan nilai-nilai mereka masing-masing. Perjumpaan-perjumpa an yang demikian kalau mau berhasil guna, menuntut bentuk pengungkapan bersama yang jujur dan tepat disertai sikap mendengar dengan penuh perhatian dan penuh penghargaan. Bila dialog bertujuan untuk memajukan pertumbuhan pengertian dan sikap setia kawan, ia harus berakar pada ikhtiar mencari kebenaran sejati dan bersama. Hidup bukanlah sekadar rangkaian peristiwa dan pengalaman: hidup adalah sebuah pencarian kebenaran, kebaikan dan keindahan. Untuk maksud inilah maka kita membuat pilihan; untuk maksud inilah maka kita meragakan kebebasan kita, dengan maksud inilah- yakni dalam kebenaran, dalam kebaikan dan dalam keindahan- kita menemukan kebahagiaan dan sukacita. Kita tidak boleh
membiarkan diri kita diperdaya oleh orang-orang yang semata-mata melihat kita sebagai konsumen dalam sebuah pasar yang dijejali dengan aneka ragam kemungkinan dimana pilihan itu sendiri berubah menjadi barang, kebaruan mengganti keindahan dan pengalaman sukyektif menggantikan kebenaran.

6. Gagasan tentang persahabatan telah mendapat pemahaman baru oleh munculnya kosa kata jaringan sosial digital dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini merupakan suatu pencapaian yang paling luhur dalam budaya manusia. Dalam dan melalui persahabatan, kita bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Karena itu, persahabatan yang benar harus selalu dilihat sebagai kekayaan paling besar yang dapat dialami oleh pribadi manusia. Dengan ini, kita mestinya hati-hati memandang remeh gagasan atau pengalaman persahabatan. Sungguh menyedihkan apabila hasrat untuk mempertahankan dan mengembangkan persahabatan ’on-line’ mengorbankan kesempatan untuk keluarga, tetangga dan mereka yang kita jumpai dalam keseharian di tempat kerja, di tempat pendidikan dan tempat rekreasi. Apabila hasrat akan jalinan maya berubah menjadi obsesi, maka hasrat itu akan memarjinalkan pribadi dari interaksi sosial rial sekaligus menghambat pola istirahat, keheningan dan permenungan yang
berguna bagi perkembangan kesehatan manusia.

7. Persahabatan adalah kekayaan terbesar manusia, tetapi nilai ulungnya bisa hilang apabila persahabatan itu dipahami sebagai tujuan itu sendiri. Sahabat harus saling mendukung dan saling memberi dorongan dalam mengembangkan bakat dan pembawaan mereka dan memanfaatkannya demi pelayanan bagi manusia. Dalam konteks ini, sungguh membanggakan bahwa jejaringan digital baru ini berihktiar memajukan kesetiakawanan umat manusia, damai dan keadilan, hak asasi manusia dan penghargaan terhadap hidup manusia serta kebaikan ciptaan. Jejaringan-jejaring an ini dapat mempermudah bentuk-bentuk kerjasama antar orang dari konteks geografis dan budaya yang berbeda dan membuat mereka mampu memperdalam kemanusiaan mereka dan rasa sepenanggungan demi kebaikan untuk semua. Karena itu kita mesti secara tegas menjamin bahwa dunia digital, dimana jejaringan serupa itu dapat dibangun, adalah dunia yang sungguh terbuka untuk semua orang. Sungguh akan menjadi tragedi masa depan bagi umat
manusia, apabila sarana baru komunikasi yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dan informasi dengan cara yang lebih cepat dan berdayaguna, tidak terakses oleh mereka yang terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, atau apabila ia cuma membantu memperbesar kesenjangan yang memisahkan orang miskin dari jejaringan baru itu yang justru dikembangkan bagi pelayanan sosialisasi manusia dan penyebaran informasi.

8. Saya bermaksud mensyimpulkan pesan ini dengan menyampaikan secara istimewa kepada orang muda katolik untuk mendorong mereka memberikan kesaksian iman dalam dunia digital. Saudara dan Saudari terkasih, saya meminta kepada anda sekalian untuk memperkenalkan nilai-nilai yang melandasi hidup anda ke dalam lingkungan budaya baru yakni budaya komunikasi dan informasi teknologi. Pada awal kehidupan gereja, para rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang saksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia kalau teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna.

Kepada anda kalian, orang-orang muda, yang agaknya memiliki hubungan yang spontan terhadap sarana baru komunikasi, supaya bertanggungjawab terhadap evangelisasi ’benua digital’ ini. Pastikan untuk mewartakan Injil ke dalam dunia jaman sekarang dengan penuh semangat. Kamu mengetahui kecemasan dan harapan mereka, cita-cita dan kekecewaan mereka: hadiah terbesar yang dapat kalian berikan kepada mereka adalah berbagi dengan mereka ”kabar gembira” Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafar dan bangkit kembali untuk menyelamatkan semua orang. Hati umat manusia sedang haus akan sebuah dunia dimana kasih meraja, dimana anugerah dibagikan dan dimana jati diri ditemukan dalam bentuk persekutuan yang saling menghargai. Iman kita mampu menjawabi harapan-harapan itu: semoga kamu menjadi bentaranya! Ketahuilah, Bapa Suci memberkati anda dengan doa dan berkatnya.

Vatikan, 24 januari 2009, pesta Santu Fransiskus dari Sales

Benediktus XVI

Jumat, 23 Januari 2009

Trust in God

Have you ever thought that God did not answer your prayers, whether it was a
"yes" or a "no", because you did not receive an immediate response? God gives us space and time to risk, to change and to grow. Faith based on trust means that we don't see perfectly today, but that we will see more clearly as God's grace works in
us. Trust in God means that God is already working in us, even though we
cannot see, feel, hear, touch, taste or sense his answer.

If we look to Mary, we can "see" a person who, like us, did not know the answers but trusted, and grew in the Grace of God. "O Mary conceived without sin, pray for us who have recourse to thee."

Rabu, 21 Januari 2009

DUA SERIGALA

Ada 2 ekor serigala di hutan Rica-rica, serigala B menantang serigala A untuk menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat mereka berdiri, "Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B,

"Ah, itu gampang, lihat saja nih!" Jawab serigala A, dan dengan sigap serigala A itupun melompat ke arah kelinci tersebut, dan berlari mengejarnya.

Sedangkan kelinci yang melihat serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala tersebut, "DUAAAKK!!" begitu suaranya..

Karena serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya
tidak terasa sama sekali, serigala tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit... sampai 5 menit..

Serigala itu belum dapat menangkap kelinci itu, karena kelinci itu larinya lebih kencang.serigala itupun kelelahan, dan menghentikan pengejarannya.

Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya
serigala B.

Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itupun bertanya, "Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?" tanya serigala B, lalu serigala A hanya menggeleng-
gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.

Serigala B lalu melanjutkan perkataannya : "Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa menangkap kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu berlari mengejar kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu berlari untuk nyawanya."

Mungkin kita tertawa mendengar cerita ini, betapa bodohnya seekor serigala yang
seharusnya dapat berlari sangat kencang, tetapi tidak dapat menangkap seekor kelinci.

Tapi, kita dapat mengambil pelajaran dari serigala tersebut, untuk orang yang sudah
bekerja, mungkin Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan Anda,
Anda merasa bosan, Anda merasa tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda,
Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda. Cobalah pikirkan
kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja? Apakah pekerjaan Anda yang sekarang
sudah cocok dengan bidang Anda? Terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan
orang tua agar mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena
mereka merasa 'harus' bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada teman-
temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.

Memang bekerja tidaklah salah, tapi jika pekerjaan itu dilakukan dengan tidak serius atau'separuh hati' maka Anda akan merasa bosan, merasa malas untuk bekerja, tidak ada gairah. Lain halnya jika Anda bekerja, karena Anda benar-benar menyukai pekerjaan
tersebut dan sesuai dengan bidang Anda, Anda akan enggan berhenti bekerja untuk
beristirahat, setiap pagi Anda akan selalu terbangun dengan wajah yang berseri-seri.

Jadi, apakah tujuan Anda bekerja ? Jawaban ada di tangan Anda

10 Langkah Menggapai kebahagiaan Hidup

Tulisan ini disarikan dari “Ten Roadblocks to Happiness and How to Overcome Them”. This is not a book to read. This is a philosophy to be lived. For if the principles are not applied, they will be powerless to help bring about change.

LET GO OF DEMAND
Apa sih, yang sebenarnya membuat Anda marah dan kecewa? Apakah seseorang yang memotong antrian di depan Anda? Pengemudi iseng yang memprovokasi Anda di jalanan? Komputer yang hanya untuk di-boot saja terasa begitu lama? Handphone yang harus berganti setiap bulan dua kali karena terus dicuri? Orang yang mengejek dan mempermainkan Anda? Hujan sepanjang hari? Tagihan bejibun yang membuat Anda marah sampai ke ubun-ubun?
Bukan, bukan itu semua. Apa yang membuat Anda marah dan kecewa adalah “tuntutan yang kekanak-kanakan” dan “ekspektasi yang tidak realistis”.
Saat Anda masih bayi, apa yang perlu Anda lakukan untuk mendapatkan sesuatu, hanyalah berteriak menangis sekencang-kencangnya. Dengan modal itu, Anda mendapatkan popok yang baru, susu ibu atau susu sapi, atau barang sepuluh lima belas kerokan pisang ambon untuk dinikmati.
Itulah ciri Anda saat masih helpless dulu. Waktu itu, perilaku demanding Anda masih bisa diterima. Tapi kini Anda telah dewasa. Anda bertanggung jawab pada hidup Anda, dan Anda tidak bisa lagi berharap bahwa dunia akan melayani Anda sebagaimana yang Anda mau. Jika Anda tetap melakukannya sekarang, itu namanya self-induced misery, alias penderitaan yang Anda buat sendiri. Berhentilah.
Apa yang perlu Anda lakukan sebenarnya cukup mudah. Anda hanya perlu mengganti demand dan ekspektasi, dengan preferensi.
“Aku sih nggak nuntut suamiku bangun lebih pagi, tapi aku lebih prefer kalo dia memang bisa melakukannya.”
Anda akan lebih mengerti, dan Anda akan menjadi orang yang penuh pengertian.

Buanglah Pola Pikir yang Tidak Rasional
“Saya tidak akan pernah berbahagia kecuali dunia melayani Saya seperti yang Saya mau.”
Itu tidak rasional. Apa yang bisa Anda kontrol hanyalah diri Anda sendiri.

Bersikaplah Mau Berbahagia
Disadari atau tidak, Anda mungkin tidak ingin berbahagia. Anda bisa melepaskan apapun dari diri Anda; uang, harta, waktu, energi, dan bahkan cinta, kecuali satu; penderitaan Anda.
Bahagia haruslah dimulai dari kemauan Anda sendiri. Anda mau bahagia atau tidak? Secara sadar Anda jelas mau berbahagia. Tapi cobalah selami kembali alam bawah sadar Anda. Bisa jadi, Anda sendiri yang tidak mau berbahagia.
Saat Anda merasa marah, itu penderitaan yang tidak membahagiakan. Lepaskanlah penderitaan Anda, bukan lampiaskan. Bertanyalah pada diri sendiri, “Bener nih, mau nuker happy sama kemarahan ini?” Perpanjanglah sumbu Anda supaya Anda bisa membuang penderitaan.
Berhentilah Mengasihani Diri Sendiri
Anda tidak akan menjadi pahlawan hanya dengan menderita. Adalah lebih heroik jika Anda tetap riang gembira di tengah penderitaan.

Berhentilah Membesar-besarkan
Tak perlu mem-blow-up permasalahan sampai keluar dari proporsinya. Itu akan melumpuhkan Anda. Belajarlah obyektif dan jadikanlah itu sebagai motivasi untuk mengambil tindakan.

LET GO OF REGRET
Anda pasti pernah menyesali sesuatu tentu saja. Wong kita ini manusia kok. Itu, sebenarnya versi lain dari kata-kata: “Kita tidak sempurna”.
Tak perlu panik atau terobsesi oleh penyesalan. Jadikanlah ia kekuatan positif. Anggaplah itu sebagai wakeup call, sebuah tepukan yang membangunkan Anda dari tidur. Bukankah Anda macan?
Janganlah menunda tindakan dengan penyesalan. Bertindaklah segera dan Anda tidak akan menyesal lagi, sebab Anda telah melakukan sesuatu.
Tutuplah rapat-rapat lebarnya jarak antara Anda yang ideal dan Anda yang sekarang. Nikmatilah Anda yang sekarang dan lakukan apa yang terbaik menurut Anda. Sebab jika Anda punya waktu untuk menyesal, maka Anda pasti punya waktu untuk melakukan sesuatu tentang itu.

LET GO OF GREED
“Saya telah punya semua yang saya mau, dan Saya telah menjadi apa yang Saya ingin, kecuali…”
Ya. Itulah Anda barangkali. Tidak SEMUA yang Anda mau akan Anda dapatkan.
Pertama, resources Anda terbatas. Kedua, nafsu Anda adalah sesuatu yang tidak akan pernah terpuaskan. Ia seperti air laut. Makin Anda minum, makin kering rasanya tenggorokan. Desire Anda tidak salah, melewati batasnyalah yang salah.
Sadarilah bahwa penyebab kerakusan adalah kesenangan. Bisa memiliki memang menyenangkan. Tapi kesenangan itu sendiri bisa menjadi candu. Kita sering lupa, bahwa kesenangan tidak selalu sama dengan kebahagiaan. Saat Anda menemukan bahwa kesenangan ternyata tidak sama dengan kebahagiaan, muncullah ketakutan dan kekhawatiran. Takut dan khawatir itu, akan memicu desire Anda lebih besar lagi.
Maka, Anda akan menemukan lingkaran yang abadi di sini: Karena desire Anda tidak pernah punya ujung, maka fear Anda juga tak akan pernah punya muara. Berhentilah menjadi manusia yang terpenjara!
Iya. Tapi bagaimana?
Fokus dan terapkanlah prioritas. Mulailah dahulu dengan BEING. Soal HAVING, ya belakangan sajalah. Dan untuk BEING, Anda harus DOING. Just DO your best.

LET GO OF WORRY
Anda tahu kenapa lagu “Don’t Worry - Be Happy” begitu ngetop? Karena itulah panggilan jiwa Anda.
Pahamilah perbedaan antara “menderita” dan “khawatir”. Menderita adalah pesan tentang masalah, sementara khawatir adalah pesan tentang adanya peluang untuk tumbuh dan berkembang. Jadi waspadalah. Apakah Anda memang menderita, atau sebenarnya Anda hanya khawatir saja?
Jika Anda hanya khawatir, ketahuilah bahwa sumbernya adalah ketakutan. Anda takut terhadap sesuatu yang masih gelap, blank, dan tidak tahu apa-apa tentangnya. Atau, Anda takut menghadapi tantangan.
Ketahuilah bahwa setiap detik dan setiap saat, Anda adalah benih. Benih yang mestinya bisa tumbuh menjadi besar dan hebat. Worry can’t change the past, but it can ruin the present. Berpengetahuanlah, dan bertindaklah menyambut tantangan. Seperti seekor macan.

LET GO OF DEFENSIVENESS
Salah itu normal, termasuk jika itu melukai orang lain. Bukan nyuruh nih, tapi kita semua memang pernah berbuat salah. Anda tahu kan kenapa pensil, whiteboard, dan papan tulis itu ada penghapusnya? Karena Anda adalah manusia.
Jika Anda salah apa yang Anda katakan?
“Aduhhh.. maaf nih. Maaf, namanya juga manusia.”
Lantas, apa yang Anda katakan jika orang lain yang salah?
“Dasar Bodoh!”
“Stupid!”
“Bloon.”
Saat Anda salah, Anda adalah manusia. Saat orang lain salah, mereka bukan manusia. Ini tidak rasional. Maka, maafkankanlah mereka.

LET GO OF GUILT
Guilt adalah rasa tidak nyaman saat Anda mengalami perlawanan menentang kesadaran Anda sendiri. Guilt itu sendiri tidak terlalu berbahaya. Apa yang lebih berbahaya adalah ketiadaan solusinya.
Feeling guilty itu bagus. Itu sinyal lampu merah yang memperingatkan Anda agar stay on course. Maka saat Anda feeling guilty, dengarkanlah isi hati Anda. Manakah yang Anda pilih, short-term pleasure atau long-term gain?
Rasa bersalah yang tidak menemukan solusi, akan membuat Anda mengalami ini:
1. Pikiran yang tidak damai.
2. Rasa tidak percaya dan takut pada orang lain, atau bahkan kepada Allah SWT.
3. Sesuai angka ini, Anda akan menderita tiga kali:
Pertama, saat Anda bertindak tidak bertanggung jawab. Kedua, saat Anda melihat orang lain bertindak dengan penuh tanggung jawab. Ketiga, saat Anda harus menanggung konsekuensinya.
Berikut inilah yang perlu Anda lakukan saat Anda merasa tidak bertanggung jawab.
Ingatlah bahwa responsibility, adalah singkatan dari “response-ability”. Kemampuan untuk merespon dengan tepat. Bagaimana caranya agar bisa merespon dengan tepat? Anda bisa menggunakan rumus AAA.
1. Admit. Akui bahwa pilihan tindakan Anda adalah salah.
2. Analyze. Analisis perilaku Anda. Apa alasan Anda memilih yang salah? Apa konsekuensinya? Bagaimana tidak mengulanginya? Bagaimana meluruskan pilihan yang sekarang?
3. Atonement, alias integritas. Integritas adalah menyatunya hati, jiwa, sasaran, tindakan, dan keimanan. Saat semuanya menyatu, Anda memasuki tahap atonement, alias at-one-ment.
Dengan AAA, Anda bisa memperbaiki keadaan.

LET GO OF SPITE
Anda, pasti pernah diprovokasi. Oleh pengemudi lain di jalanan, atau oleh orang lain yang mengejek dan melecehkan. Anda pasti pernah merasa diserang. Di kantor, di rumah, di lapangan sepak bola, di kantin, di mana saja.
Tidak ada perlunya Anda melayani yang begituan. Sebab, dunia Anda bisa rusak seharian. Mengalah sajalah, kecuali jika undang-undang dasar Anda yang terlanggar atau terinjak-injak.
Kita cenderung lupa bahwa kita lebih sering menggunakan hati untuk merasakan, ketimbang otak untuk berpikir. Ini sepertinya benar dan wajar. Tapi berhati-hatilah karena itu tidak logis dan tak rasional. Itu emosional.
Jika Anda merasa perlu melayani serangan, provokasi, dan ejekan orang lain, maka itu tentu ada sebabnya.
Pertama, rasa keadilan Anda yang terusik. Saat Anda merasa diserang, Anda merasa perlu membalasnya. Tapi, jika serangan itu dilakukan karena tidak sengaja, tidak dimaksudkan untuk menyerang, kesalahpahaman, atau hanya karena mereka bodoh saja, keadilan macam apa sih yang Anda inginkan?
Kedua, logika Anda yang terdistorsi. Anda berasumsi bahwa jika mereka mengalami sakit seperti yang Anda rasakan, maka mereka akan meminta maaf.
Tidak. Jikapun mereka akhirnya meminta maaf, itu bukan karena sakit yang Anda buat dengan serangan balasan, tapi karena pikiran dan hati mereka yang sudah lurus kembali. Saling menyakiti tidak akan menyelesaikan masalah. Ia bahkan memperuncingnya.
Ketiga, secara sadar atau tidak Anda mencoba menghindari tanggung jawab untuk membahagiakan diri sendiri. Sebab jika Anda memang mau bertanggungjawab untuk kebahagiaan Anda sendiri, Anda pasti tidak akan melarikan diri.
Jika begitu, bagaimana caranya memunculkan rasa tanggung jawab untuk kebahagiaan diri sendiri? Awareness-lah jawabannya.
Ketahuilah bahwa rasa sakit yang Anda derita adalah bukan karena serangan mereka, tapi karena reaksi Anda atas perilaku mereka. Mengapa mereka begitu jahat dan kejam kepada Anda? Karena mereka sedang sakit, dan mereka merasa terancam oleh Anda.
Responlah sikap buruk orang lain dengan kebaikan, maka Anda akan mulia dan terhormat. Cobalah selalu untuk bersikap rendah hati tapi bukan rendah diri.
Ketahuilah bahwa sabar itu tidak pasif. Ia tidak datang dengan sendirinya, dan ujug-ujug Anda menjadi sabar. Sabar itu kata kerja dan bukan kata sifat. Maka sabar, adalah disabar-sabarin.

LET GO OF ENVY
Anda juga mungkin pernah merasa kalah. Waspadalah. Salah-salah, kekalahan bisa membuat Anda menjadi orang yang envious, yaitu orang yang penuh dengki dan tidak bisa menerima kekalahan. Tidak senang jika orang lain senang, dan senang jika orang lain tidak senang.
Sikap envious, bisa berkembang dalam tiga tahap.
Pertama, saat Anda merasakan kekalahan. Di tingkat ini, perasaan kalah itu sebenarnya wajar. Apalagi jika Anda bisa memberi selamat kepada pemenang, dan kemudian menjadikan kekalahan sebagai pelajaran. Jika tidak bisa, maka di sinilah bibit envious Anda akan mulai tersemai.
Kedua, saat Anda mulai mengembangkan perilaku mensabotase orang lain. Mulainya dari yang kecil-kecil saja, seperti menciptakan isu dan gosip buruk, atau berharap dan “berdoa” untuk kemalangan dan kecelakaan bagi orang lain. Anda mungkin mengira ini tidak berbahaya.
Salah. Itu sangat berbahaya. Mengapa? Karena harapan buruk seperti itu adalah karatnya jiwa, persis seperti karatnya besi. Merusak, melubangi, merontokkan, dan menggerogoti semua amal baik. Lebih dari itu, dari mana sih datangnya semua tindak kejahatan? Ya dari doa, harapan, fitnah, dan pikiran negatif yang melenceng seperti itu!
Ketiga, seperti sudah disebut barusan, semuanya akan termanifestasi menjadi tindak kejahatan. Anda akan menjadi orang yang dengki, dengan sikap dan tindakan yang keji. Anda telah menghancurkan diri sendiri.
Jika Anda mulai mengalami gejala penyakit ini, resepnya sederhana. Bertemanlah dengan mereka yang menang. Kemudian, ubahlah cara berpikir Anda. Gantilah “Saya pengen kayak gitu,” menjadi “Bagaimana supaya Saya bisa seperti itu.”

LET GO OF ANGER
ANGER itu cuma satu huruf lebih pendek dari DANGER. Dan “D”, adalah nilai minusnya.
Alasan yang bagus bagi Anda supaya tidak marah, adalah memahami bahwa kemarahan akan menyebarluaskan kelemahan. Saat Anda marah, Anda sebenarnya berkata, “Saya takut! Saya Terluka! Saya frustrasi!” Itu, adalah kata lain dari “Saya lemah.”
Sadarilah bahwa orang, barang, atau situasi, akan cenderung membuat Anda selalu marah. Udah dari sononya begitu. Anda tidak bisa dengan mudah mengontrol sesuatu di luar diri Anda. Dan jika Anda marah, kemarahan Anda tidak akan membuat dunia berjalan sesuai kemauan Anda. Andalah yang harus menyesuaikan diri dengannya.
Sadarilah bahwa jika Anda menghadapi orang yang marah, they’re not being mean; they’re just being people. Like you. Dan seperti biasa, marah itu muncul disebabkan oleh fear. Rasa takut akan kehilangan kontrol.
Keinginan untuk mengontrol adalah benar. Tapi, ingin mengontrol orang lain itu salah. Yang benar, ingin memberi contoh teladan kepada orang lain. Mengontrol dengan kekuasaan? Salah juga. Apa yang perlu dikontrol hanyalah diri sendiri. Sekali lagi, maafkanlah mereka yang marah. Tidak ada yang salah saat seorang manusia bersikap dan bertindak sebagai manusia.
Anda sendiri, kurangilah marah Anda sebab Anda sendirilah yang akan merugi. Saat Anda marah, apa yang telah keluar sebenarnya tidak perlu keluar dan apa yang terlanjur sebenarnya tidak perlu terlanjur.

LET GO OF FEAR
Saat Anda menghadapi ketakutan, Anda berada di tengah-tengah persimpangan jalan. Satu cabang menuju kepada kepengecutan, dan satu lagi menuju kepada keberanian. Yang satu menuju harapan dan impian, yang satu lagi menuju kekecewaan dan kesedihan.
Anda tidak bisa mundur atau tetap diam, melainkan tetap maju dan memilih salah satu cabang. Dengan diam atau mundur, Anda tidak akan tumbuh dan berubah. Malah, Anda menuju ke kepunahan dan kematian.
Manage-lah fear Anda, sebab fear adalah False Evidence Appearing Real. Asli tapi sebenarnya palsu.
Jadi, tak usahlah Anda bersedih lagi. Bersenang-senang sajalah. Sibuklah. Lakukan yang terbaik. Tak perlu takut dan tak usah khawatir. Lakukanlah segalanya dengan semangat dan keberanian. Itu lebih baik buat Anda.
Bukannya tadi sudah Saya bilang, kalo Anda itu macan?

15 Ciri Calon Suami yang Baik

KALAU beberapa posting kali lalu kita membicarakan peraturan yang harus diperhatikan oleh kaum hawa, maka kali ini kaum hawa akan membeberkan kriteria mereka dalam memilih pasangannya. Mungkin saja untuk menghindari tipe cowok yang bikin peraturan macam-macam, tetapi juga bisa jadi karena para cewek-cweek ini meminta kaum adam untuk memperhatikan sikap dan perasaan cewek-cewek. Karenanya mereka mendambakan tipe laki-laki seperti yang disebutkan berikut ini.

1. Penuh Semangat Dia bangun bersama terbitnya matahari, selalu bersemangat menyambut hari baru, bersenandung (meski kecil) saat mengendarai mobil menuju kantor? Lelaki yang penuh keriangan di pagi hari berarti siap menghadapi kesulitan hidup. Dengan rasa syukur dan semangat hidupnya yang tinggi, segala masalah yang muncul dalam pernikahan nanti pasti bisa diatasi.

2. Tak Pelit Bilang Cinta
Apakah dia selalu mengatakan dan menunjukkan rasa sayang pada Anda setiap hari meski lewat momen kecil? Menurut penelitian, menyatakan rasa sayang secara teratur merupakan hal terpenting yang mendatangkan kepuasan dalam sebuah perkawinan. Jika saat ini Anda memiliki kekasih seperti itu, Anda sudah mendapat pasangan yang baik.

3. Punya Selera Humor
Dia senang tertawa bersama Anda (tapi bukan menertawakan Anda). Dia tahu bahwa menertawakan orang lain itu tidak lucu. Dia juga tahu bagaimana memandang sisi terang dari sesuatu. Lelaki periang ini baik untuk Anda.

4.. Take Care Him Self
Dia tak hanya peduli pada kerapian dan keserasian berpakaian. Namun, dia juga peduli pada kesehatan dengan menjaga makanan, meluangkan waktu berolahraga dan cukup tidur. Kalaupun minum alkohol dan merokok, dia tahu batas. Percaya atau tidak, dia akan berada di sisi Anda untuk waktu lama.

5. Bisa Bilang Maaf
Dia selalu minta maaf saat berbuat salah atau menyakiti perasaan Anda, berusaha tak mengulangi kesalahan, dan belajar dari kesalahan sehingga hubungan Anda dan dia berkembang baik. Dia juga mengerti bahwa dengan mengatakan ‘maaf’ tidak akan mengurangi kejantanannya. He’s a gentleman.

6. Bertanggung Jawab
Dia menikmati pekerjaan dan berusaha mengerjakan dengan baik. Dia siap menjalankan proyek baru, beserta tantangannya. Dia berbagi semangat kerja dengan Anda dan berusaha mengatasi kejenuhannya. Lelaki seperti ini tak hanya mencari nafkah lho. Dia senang bekerja dan bertanggung jawab.

7. Mau Bekerja Sama
Apakah dia peduli bahwa beban dalam sebuah hubungan harus dibagi adil? Dia juga mau menyingsingkan lengan baju tanpa diminta? Jika dia mau melakukan pekerjaan meski sangat sepele, pasti menyenangkan memiliki lelaki ini di sekitar kita.

8. Satu Visi
Anda ingin punya apartemen di tengah kota, city car, dan satu anak saja, dia setuju. Artinya dia juga ingin menjalani gaya hidup seperti Anda. Meski ini masalah kesepakatan, apa pun impian Anda, bagilah dengannya. Jika dia punya visi yang sama dengan Anda, lanjutkan ke jenjang berikutnya.

9. Romantis
Lelaki ini memang agak sulit dicari. Setidaknya jika dia ingat kapan ulang tahun Anda, senang mengajak Anda naik komedi putar dan berjalan di bawah cahaya bulan, memilih hadiah ulang tahun yang tepat, mengirim SMS berisi puisi indah (meski hanya forward), dan membuat Anda bahagia sebagai perempuan, dialah pangeran pujaan Anda.

10. Punya Etika
Dalam bersikap, dia tidak tergesa-gesa dan berusaha mempertimbangkan perasaan orang lain. Dia berusaha mematuhi hukum yang berlaku dan tidak mencurangi aturan main meski bermain sendiri. Tidak ada lelaki yang lebih baik dari lelaki etis ini.

11. Bisa Diandalkan
Dia berusaha menepati janji, datang ke pertemuan tepat waktu, memenuhi tanggung jawab dan kewajibannya dengan senang hati. Apa yang ia katakan sama dengan yang dimaksudkan. Persiapkan diri Anda menjalani kehidupan yang menyenangkan bersama lelaki ini.

12. Senang Bermain
Hidup pasti akan menyenangkan jika dilalui bersama lelaki yang tahu cara melewatkan waktu senggang. Dia tak hanya bisa mencari kegiatan selain nonton teve, tapi juga bisa hidup tanpa ponsel dan laptop saat liburan bersama Anda.

13. Calon Ayah Yang Baik
Apakah dia punya perhatian besar pada anak-anak? Mau membantu mengasuh anak? Dan menurutnya anak-anak lucu dan menakjubkan? Bahkan dia sudah berpikir menyiapkan tabungan untuk keperluan anaknya nanti? Untuk semua jawaban ya di atas, Anda boleh menikahi lelaki ini.

14. Menghargai Privasi
Punya kehidupan sendiri membuatnya merasa tidak perlu memiliki Anda setiap saat. Dia mengerti dan tak keberatan ketika Anda meminta waktu untuk bertemu teman-teman Anda. Dia juga mengerti untuk meninggalkan ruangan saat Anda bicara dengan sahabat atau ibu di telepon.

15. Pacar Perhatian
Memang tak ada panduan pasti untuk mengukur seberapa baik dan perhatian seseorang. Namun, jika Anda merasa dicinta, bersamanya Anda merasa luar biasa secara fisik dan emosional serta ada rasa damai saat di sisinya, berarti Anda sudah menemukan orang yang tepat.

Senin, 19 Januari 2009

An Unforgettable Address? Speaking to the Age

By David Nather, CQ Staff

The inaugural address of a new president is one of those events that can easily collapse under the weight of expectations. While it’s not his introduction to the nation, of course, the moment is the first time that Americans officially see the person at the podium speaking to them as their president. It is something of an introduction to the world, since the new president automatically becomes a figure of global importance for the first time.

And it’s the speech that will probably demonstrate, once and for all, whether the new president really knows what he wants his presidency to be about. If he does, that will be clear in the speech. If he doesn’t, that will be clear, too.

By now, the world knows that Barack Obama knows how to give a speech. The suspense with his inaugural address isn’t about whether he might stumble over his lines, bore his audience with a string of clichés or suggest that he thinks the Gaza Strip is a nightclub. Instead, the pressure he will face in the moments after he is sworn in as the 44th president will be quite the opposite: Everyone will expect a memorable speech. And the truth about inaugural addresses is that most of them haven’t been memorable at all.

Sure, they have produced some stirring moments. Everyone remembers Abraham Lincoln promising to “bind up the nation’s wounds” as the Civil War came to an end, Franklin D. Roosevelt assuring a nation in the depths of the Great Depression that “the only thing we have to fear is fear itself” and John F. Kennedy declaring the passing of the torch. But who remembers Lyndon B. Johnson’s observation that “we are all fellow passengers on a dot of earth”? Or Bill Clinton’s celebration of “the mystery of American renewal”? Or George W. Bush ’s call to “live out our nation’s promise through civility, courage, compassion and character”?

It’s the sound of a speech straining for greatness, with no particular reason to be great. And it’s the sound Obama and his speechwriters will be trying hard to avoid as they prepare rhetoric with the potential to become the emotional highlight of the four-day inaugural celebration.

The difference this time, though, is that the nation’s dire economic circumstances — in combination with the automatically historic nature of Obama’s presidency — could provide the gravity the speech needs to stand out from the long list of forgettable ones.

To former presidential speechwriters and scholars who have studied inaugural addresses, the common elements that made the Lincoln, Roosevelt, and Kennedy speeches stand out — along with a handful of others that are sometimes mentioned — are that they took place either during serious national crises or in times when significant changes were taking place. With the first African-American taking the presidential oath of office during the worst economic circumstances in three-quarters of a century, both conditions are already satisfied.

Typically, a new president’s speech is aimed at a worldwide audience, because “that inaugural address is going to define him to the world,” according to Theodore C. Sorensen, Kennedy’s chief speechwriter. On the east front of the Capitol in 1961, Kennedy focused on foreign policy because he wanted to prove to world leaders that he was prepared to lead the United States at the height of the Cold War, Sorensen said — and steered away from domestic matters because he thought they would simply “sound like the Democratic Party platform.”

But the deepening recession will compel Obama to focus on the domestic situation, Sorensen said, because “he has to give people hope, just as Roosevelt did.”
Obama has said his goal is to “capture, as best I can, the moment that we are in,” explaining in plain language the challenges the nation faces and boosting Americans’ confidence that those problems can be solved.

Whatever he says to set the stage for addressing the economic crisis will, in itself, help define both his presidency and the times. “It is a time, it strikes me, when the events themselves provide the opportunity for Obama to give what will later be classified as a great inaugural speech,” said Charles O. Jones, a presidential scholar at the University of Virginia.

Most likely, it won’t be the time to announce any scaling back of campaign promises. “He will need to temper people’s expectations somewhat,” as he did on election night, when he warned of the challenges of the economic crisis and two wars, said Jeff Shesol, a Clinton White House speechwriter. But “he has to evoke the same sense of hope and possibility that he did during the campaign. That’s what people will be looking for.”

Selasa, 13 Januari 2009

JERITAN PARA LELAKI

Yang selalu kita dengar adalah Girls Rulez, kini
saatnya kami para cowok2 mengungkapkan isi hati kami.

Ini adalah cerita dari sisi kita, Kaum Cowok!! Kaum Adam!! Aturan kita!!

Untuk para cewek2...

1. Tidak Semua cowok seperti Dedy Cobuzer.
Jadi jangan harap kami bisa membaca isi pikiranmu disaat kamu manyun tanpa suara. Apa susahnya sih bilang : "Aku Laper, Aku minta dibeliin pakaian, Tolong Rayu Aku...!!"

2. Hari Minggu itu waktunya istirahat setelah 6 hari bekerja, jadi jangan harap kami mau menemani seharian jalan2 ke mall.

3. Berbelanja BUKAN olahraga. Dan kami gak akan berpikir ke arah situ.

Bagi kami belanja ya belanja, kalau sudah pas ya beli saja, perbedaan harga toko A dan B cuma 1,000 perak jadi nggak usah keliling kota untuk cari yang paling murah, buang2 bensin aja.

4. Menangis merupakan suatu pemerasan.

Lebih baik kami mendengar suara petir, guntur , bom meledak daripada suara tangisanmu yang membuat kami tidak bisa berbuat apa2.

5. Tanya apa yang kamu mau. Cobalah untuk sepaham tentang hal ini.

Sindiran halus tidak akan dimengerti.
Sindiran kasar tak akan dimengerti
Terang2an menyindir juga kita gak ngerti!

Ngomong langsung kenapa!?

6. Ya dan Tidak adalah jawaban yang paling dapat diterima hampir semua pertanyaan. It's Simple.!!

7. Cerita ke kami kalo mau masalah kamu diselesaikan. Karena itu yang kami lakukan. Pengen dapet simpati doang sih, cerita aja ke temen2 cewekmu.

8. Sakit kepala selama 17 bulan adalah penyakit. Pergi ke dokter sana !

9. Semua yang kami katakan 6 bulan lalu gak bisa dipertimbangkan dalam suatu argumen. Sebenernya, semua komentar jadi gak berlaku dan batal setelah 7 hari.
Janji kami untuk menyebrangi lautan dan mendaki gunung itu hanyalah klise, jangan dianggap serius.

10. Kalo kamu gak mau pake baju kayak model2 pakaian dalam, jangan harap kita seperti artis sinetron dong.

11. Kalo kamu pikir kamu gendut, mungkin aja. Jangan tanya kami dong.

Cermin lebih jujur daripada Lelaki.

12. Kamu boleh meminta kami untuk melakukan sesuatu atau menyuruh kami Menyelesaikannya dengan cara kamu. Tapi jangan dua2nya dong. Kalo kamu pikir bisa
melakukannya lebih baik, kerjain aja sendiri.

13. Kalau bisa, ngomongin apa yang harus kamu omongin pas iklan aja.

Ingat, jangan sekali2 ngomong apalagi pas saat tendangan finalty.

14. Kami bukan anak kecil lagi, jadi tak perlu mengingatkan jangan lupa makan,
selamat tidur, dll.Menurut kami itu hanyalah pemborosan pulsa saja.

15. Kalo gatel kan bisa digaruk sendiri. Kami juga kok.

16. Kalo kami nanya ada apa dan kamu jawab gak ada apa2, kami akan berpikir memang gak ada apa2. Ingat, seperti no.1 kami bukanlah pembaca pikiran. Ngomong Baby...ngomong. ....!!

17. Kalo kita berdua harus pergi ke suatu tempat, pakaian apapun yang kamu pakai, pantes aja kok. Bener. Jadi tidak ada alasan gak mau pergi ke pesta karena
tidak ada baju.
sO...WHAT????? ENJOY THE reading